Film seperti Petualangan Sherina, Gie, 3 Hari Untuk Selamanya, 3 Srikandi dan Humba Dream tentu membekas di hati sejumlah pecinta film tanah air.
Tapi tahukah Om Bros kalau di dalam film-film tersebut terdapat alumni PL yang turut berkarya didalamnya? Sosok tersebut adalah Bro Sastha Sunu PL'82 yang menjadi offline editornya.
Berangkat dari keluarga seni, Bro Sunu memang sudah tertarik pada dunia seni visual dari kecil.
"Sejak kelas 3 SD gw seneng nonton film, dulu di rumah belum ada tv, jadi kalo nonton ke rumah retangga, dan film yang nonton adalah "Cerita Akhir Pekan", tiap malam Minggu jam 10.00 malam di TVRI. Gw diem aja depan rumah tetangga, hingga dikasi masuk dan diajak nonton."
"Terus ada lagi film judulnya "The Blue Angel" Film jerman (1930) yang masih Item putih. Yang menarik announcer TVRI menceritakan ulang tiap beberapa menit, bukan pakai susbtitle", Kenang Bro Sunu.
"Gw suka mendalami cerita yang terdapat dalam sebuah film, tidak peduli apapun genrenya", tambahnya.
Ketika lulus SMA Bro Sunu tidak langsung kuliah, namun bekerja dulu di tabloid Bola sembari mengumpulkan uang untuk kuliah. Di masa inilah dirinya mengenal kamera dan membuat cerita, yang kemudian berlanjut kuliah di IKJ untuk belajar editing terutama offline editing.
Bagi yang penasaran, tugas utama seorang offline editor adalah menentukan flow sebuah film agar cerita lebih menarik, pace tidak lambat dan tidak terjadi pengulangan gambar.
Slamet Rahadjo, dosen Bro Sunu di IKJ bidang penyutradaraan, pernah mengatakan, "Rasa yang dihasilkan oleh tulisan dalam skenario berbeda dengan yang diwujudkan di visual, sehingga sosok offline editor sangatlah penting".
Dalam offline editing sendiri Bro Sunu menjelaskan, "Jadi setelah draft 1 yang sesuai Sekenario, maka untuk next draftnya kalau bisa sudah disesuaikan dengan materi visual yang dishooting, naah bisa tuh kita mulai tinggalkan skenario".
"Semua berdasar imajinasi... Jadi banyak kejadian diluar skenario, banyak improvisasi ketika shooting, sehingga editor harus tau baik mentah dah tambahan. Kita harus sediakan waktu untuk melihat semua kejadian yang direkam oleh cameraman", ia menambahkan.
Film garapan yang menurutnya cukup berkesan adalah Gie, karena ia diberi kebebasan berexplorasi dengan materi visual yang diberikan.
Ia mengingat karena dialog dengan sutradara dan produser yang sangat seru, tidak sadar ada perubahan sampai draft 15 di film tersebut.
Bro Sunu mengatakan film yang paling membuatnya berkesan adalah PK. Film India keluaran tahun 2014 ini, memiliki tema berat tapi terasa ringan ketika ditonton. Film ini bercerita tentang filsatat, bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan, serta kritik sosial terhadap manusia. "Gw sampai nonton bioskop dan netflix masing-masing dua kali!", tambahnya.
Bro Sunu lima kali mendapat nominasi sebagai penyunting gambar terbaik di Festival Film Indonesia: 2004 untuk Eliana Eliana (2002) dan Mengejar Matahari (2004), 2005 untuk Gie (2004), 2007 untuk Merah Itu Cinta (2007), serta 2008 untuk 3 Doa 3 Cinta (2008).
Ia berhasil meraih penghargaan "Editor Terpuji" untuk film 5cm, pada Festival Film Bandung di tahun 2013.
Sebagai catatan tambahan Bro Sunu senang ketika edit film dokumenter karena tidak ada naskah baku dan gw yang menentukan detilnya sendiri dengan mendengar wawancara atau membaca transkrip. Ia pun pernah menjadi Mentor di Eagle Awards (Ajang kompetisi film dokumenter) pada 2004-2019.
Terima kasih atas ilmu yang dibagikan Bro Sunu, semoga hal ini dapat menginspirasi alumni atau Siswa PL yang ingin berkarya di dunia film.
Kommentare